Festival Anggaran Kab batang
ingginya transparansi penyelenggaraan pemerintahan ternyata tak serta-merta berbanding lurus terhadap penurunan angka korupsi. Untuk itu, komitmen Pemerintah Kabupaten dan DPRD Batang untuk merealisasikan sebuah sebuah pemerintahan yang terbuka atau Open Government Partnership (OGP) perlu dikawal secara sungguh-sungguh, sehingga transparansi tak berhenti sebatas lipstik belaka. Demikian pernyataan anggota Komisi Informasi Pusat (KIP), Dr. Rumadi Ahmad, saat menjadi pemateri seminar dalam rangka pameran dan festival anggaran, di Aula Kantor Bupati, Rabu (12/2). Selain dia, seminar juga diisi oleh Bupati Yoyok Riyo Sudibyo, Ketua BPK RI Perwakilan Jawa Tengah, Bambang Adiputranta, Direktur Transparancy International Indonesia (TII) Ihlam B Sainong, serta Wabup H Soetadi SH MM dan Wakil Ketua DPRD Nur Untung.
“Sayangnya, sampai saat ini belum ada 
yang merilis data menyangkut relasi antara keterbukaan informasi dengan 
korupsi. Idealnya, kian transparan sebuah pemerintahan, maka tingkat 
korupsinya juga menurun atau rendah,” kata Rumadi.
Namun demikian, data yang dilansir secara
 internasional justru menunjukkan kenyataan yang kontras. Indonesia 
misalnya, dianggap yang terbaik untuk soal transparansi di Asia Tenggara
 dan peringkat kedua untuk Asia. Di sisi lain, Indeks Persepsi Korupsi 
(IPK) Indonesia justru hanya mendapatkan skor 32, kalah dari negara 
sekelas Timor Leste yang berskor 33.
“Jangan-jangan, transparansi tak lebih sebatas make up, lipstik belaka, terutama kalau melihat data ini,” tandas Rumadi.
Menurut dia, ada kecenderungan di mana 
transparansi dan antikorupsi masih sekadar jargon politik. Untuk itu, 
dia berharap apa yang diikhtiarkan Pemkab Batang menyangkut implementasi
 OGP perlu dikawal dengan komitmen kuat. “Bagi kami, kegiatan pameran 
dan festival anggaran hingga pencanangan komitmen menuju OGP, adalah 
sebuah terobosan yang konstruktif. Ini bisa menjadi inspirasi bagi 
daerah lainnya,” kata dia.
PERLU SINERGI
Bupati Yoyok Riyo Sudibyo secara lugas 
mengkritisi beberapa tradisi pengelolaan anggaran yang dianggap tak 
efektif. Pertama, dia tak menampik aspirasi masyarakat terkait belum 
efektifnya pola musrenbang. Sebagaimana diakui peserta seminar, 
perencanaan pembangunan model bottom up ini masih mengindikasikan terjadinya missing link,
 terutama masih banyaknya aspirasi bawah yang hilang ketika sampai ke 
penetapan anggaran. “Gambaran tentang pengelolaan anggaran saya pikir 
simpel. Setelah dipelajari, ternyata rumit dan mbulet,” ucapnya.
Ke dua, Bupati pun sedikit menyentil 
tahapan pembahasan anggaran dari tingkat SKPD sampai ke DPRD, yang 
dianggap sangat panjang dan melelahkan. Anggaran yang diajukan TAPD 
misalnya, harus melewati tahapan dari nota keuangan, pemandangan umum, 
jawaban Bupati, Banggar I, pembahasan komisi, sampai Banggar II. 
“Mungkin njlimet. Tetapi yang terpikirkan dalam benak saya 
hanya dua. Pertama, semisal semua tahapan pembahasan yang panjang itu 
bisa dilihat langsung oleh masyarakat, kira-kira seperti apa. Kedua, 
sejatinya proses panjang itu tidaklah sulit, karena yang sulit justru 
komitmen kita,” terang Bupati.
Direktur TII, Ilham B Sinoang, pun tak 
sungkan memberikan apresiasi atas apa yang digagas oleh Pemkab Batang. 
Namun demikian, sebagaimana disampaikan Bupati, maka yang terpenting 
menurutnya adalah makna dan kelanjutannya. “Apa sebetulnya substansi 
dari kegiatan ini, tak lain adalah komitmen untuk terbuka, yang antara 
lain diwujudkan melalui pameran dan festival anggaran,” katanya.
Kalau bagi pemda, festival anggaran bisa 
dimaknai dalam konteks tantangan untuk menyiapkan segalanya menuju 
pemerintahan yang terbuka, bagi masyarakat even ini justru menjadi 
momentum untuk ikut mengontrol jalannya pemerintahan agar tak sekadar 
lipstik. “Komitmen ini tak mungkin dikerjakan sendiri oleh Pemkab. Sebab
 meski tetap bisa berjalan, kondisinya tetap timpang. Maka harus ada 
sinergi antara eksekutif, legislatif, dan masyarakat,” jelasnya.
Ketua BPK RI Perwakilan Jawa Tengah, 
Bambang Adiputranta meminta pemerintah daerah untuk tak sungkan, apalagi
 takut terhadap BPK. Justru lembaganya berfungsi memberikan kredibilitas
 atas penyelenggaraan negara, baik menyangkut aspek keuangan, kinerja, 
maupun tujuan tertentu. “Kami justru berharap agar ada sinergi antara 
kami dengan pemda. Ini bisa diwujudkan antara lain melalui pemaduan 
sistem informasi di pemda dengan sistem audit di BPK melalui sistem 
e-audit,” ujarnya.
Secara pribadi, Bambang pun menyampaikan 
selamat kepada Bupati dan jajarannya, yang telah memelopori sebuah even 
transparansi pertama di Indonesia. “Kami apresiatif. Festival anggaran 
bisa menjadi virus, tetapi tentu saja virus kebaikan,” imbuhnya.
 





 
0 komentar: