Jalannya Upacara Kematian Raja-Raja Kraton Yogyakarta

08.41 priyoh 0 Comments


Jalannya Upacara Kematian Raja-Raja Kraton Yogyakarta

Untuk kraton Yogyakarta menutut tradisi mataram : kematian tidak dtangisi, dan imogiri
Bukan merupakan makam namun dinamakan atau suwargi orang jawa menyebutya penghuni surga. Upacara pelepasan jenazah maksudnya memperingati kepergian yang akbar seperti dalam upacara pengatin. Dalam masayrakat jawa yang namanya lahir, pegat dan mati merupakan sesuatu yang sacral, maka selalu diperingati dengan seindah-indahnya. Khusus acara kematian di dalam kraton berlaku 5 jenis gatra ritual yaitu :
  1. Tata cara majapahit atau pra-islam
  2. Tata cara demak pajang
  3. Tata cara perwalian atau wali Allah di jawa
  4. Tata cara kalang sepuh
  5. Tata cara mataram selingkar keturunannya.
Tata cara majapahit menyangkut sesaji yang ditujukan pada orang yang sakit sampai merawat jenazah sebelum dikubur. Hanya pada tata cara perawatan jenazah diberi balsem dan ditunggu samapi 100 atau 1000 hari. Jiak utuh dan awet, mayat itu dibusanani dengan busana kerajaan. Namun jika rusak, maka jenazah itu dikafani. Uborampe atau sesaji orang yang sakit sampai perawatan jenazah manganut upacara kuno dengan memanggil dukun , pini sepuh dan ulam untuk tahlilan sebelum dibacakan matra-mantra.
Tata cara demak atau pajang menurut tata cara dipini dalam melakukan perwatan jenazah dengan tata cara keislaman mulai dari mensholatkan samapi penguburan jenazah di lingkungan kerajaan islam di jawa.
Tata cara perwalian atau wali allah berbeda dengan tata cara di saat sunan giri, sunan, bonang, sunan kudus, dan sunan kalijaga. Di masa ini mengguanakan tata cara rakit dalam model tarekat syah abdul kadir, jailani, Nasabariyah, Nasabandiyah dan Safi’iyah.Sunan kalijaga tidak mengenal tahlilan akan tetapi disebut ageman yaitu dikuburan jenazah atau pesan-pesan almarhum digubah.
Tata cara mataram adalah membentuk peubahan baru dan tradisi kuno Pra-Islam dalam aroma kultur jawa. pembusanaan jenazah raja dan putra dengan busana kebesaran.
Dalam tata cara mataram upacara perawatan jenazah dipimpin oleh raja atau pangeran tertua atas nama raja. Juga uborampenya menyesuaikan bentuk yang ada. Di dalam pranata jiwa kalau si sakit cukup lama atau tidak ada harapan untuk sembuh si sakit dibawa ke imogiri diruang pajimatan yang kemungkinan akan meninggal. Orang yang merawat adalah ulama atas nama raja. Selama raja berkuasa tidak boleh mengunjungi ke imogiri.
Pelaksanaan upacara kematian ini terdapat berbagai perlengkapan kegiatan yang dalam garis besarnya :
  1. Perawatan jenazah (uborampe panguptining layon)
  2. Pemakaman jenazah (uborampe panguburing layon)
Perawatan jenazah dimulai semenjak seseorang benar-benar meninggal dunia. Kerabat dan orang lain yang kebetulan menyaksikan saat meninggalnya segera mengatur posisi tubuh mayat, (menyilangkan tangan jenazah ke dadah, tangan kanan diletakkan diatas tangan kiri, kelopak mata dirapatkan, dagu ditekan agar mulut terkatup, kedua kaki diluruskan sejajar serta dihadapkan ke arah kiblat. Dibujurkan ke utara (mujur ngalor) menyerong ke barat sedikit (ngulon sithik) ditutup rapat (diluruskan dengan kaki (jarik), serta dipasang sebuah pelita dan tempat pembakaran kemenyan dekat pembaringan hal ini dilakukan agar tidak terlanjur kaku. Saatnya untuk dimandikan , anak saudara menunggu agar tidak ada ganguan sementara itu kegiatan lainnya mulai dilaksanakan, misalnya menyebar berita duka, penggalian kubur, perlengkapan memandikan jenazah dan lain-lainnya. Mengenai lokasi penggalian tergantung pada saat meninggalnya sedang mengenai lokasi penggalian liang lahat biasanya tidak disebelah atas (utara/ makam yang lebih tua atau leluhur. Bila pantangan in dilanggar akan menimbulkan hal-hal yang kurang baik terutama si roh mati.
Uborampe yang berhubungan dengan upacara misalnya bangsal sri manganti digunakan untuk membaringkan jenazah dan didekatnya dihidupkan alatar, blencong, air kembang seramah, hiding-hidangan yang merupakan kombinasi dari sumber-sumber khasanah flora dan fauna jawa yang berbentuk bahan pajangan dan bahan pangan.
Selama disemayamkan dibunyikan gending mutur yaitu gending-gending yang mengambarakan tangisan hati dan menggunakan gamelan menggang.
  1. Upacara memadikan jenazah
Bagi golongan bangsawan , tradisi mengenai perawatan jenazah mulai dari meninggal, memandikan, membungkus, menyembahyangkan hingga pemakamannya mempunyai kekhususan tersendiri. Antara jenazah seoarang raja dalam menyemanyakan dengan jenazah putra mahkota, permaisuri, permasuri putera raja, selir-selir dan pelara-pelara. Untuk raja disemanyamkan di bangsal prabasuyata sebelum dimandikan. Perbedaan perawatan dengan selain raja adalah :
Apabila yang meninggal seseoarang permaisuri atau putra mahkota, maka upacara memandikan dari menghias jenazah dilakukan di tratan (serambi) prabasuyata, sesudah selesai jenazah disemayamkan di bangsal seperti halnya seorang raja. Sedangkan untuk para selir ( pelara-pelara) dan putera yang belum kawin, upacara siraman dan mbu sanani dilakukan di bangsal pengapit, lanjutnya jenazah disemayamkan dibangsal manis hingga pada saat pemberakatan pemakamannya. Bagi seseorang yang meninggal sebelum kawin ada syarat tamabahan yang harus dilengkapi yaitu batang pohon pisang dan gagar mayang yang dibuang di peremapatan jalan.

Bila seseorang raja mangkat (surut dalem) karena usia lanjut bukan karena penyakit, jenazah dipangku oleh anak dan cucu laki-laki, bila yang mangkat permaisuri, maka anak dan cucu puterilah yang memangku.
Tempat untuk menyirami bisanya ditutupi dengan kain putih sekelilingnya atau kain biasa yang baik, sedang penutup bagian atas digunakan kampuh atau kain panjang. Bila yang meninggal seorang raja maka upacara nitaman dipimpin putera tertua yang hendak menggantiakan kedudukannya. Perlengkapan sirangan ini meliputi :
  1. Air tawar (air sumur bersih) ditempatkan dalam tempayan
  2. Air landha merang untuk keramas (cuci rambut)
  3. Air asam (air tawar dicampur asam lumat) juga untuk keramas.
  4. Air asin (air tawar campur garam)
  5. Air wangi (air tawar dicampur wewangian atau minyak cendana)
  6. Merang (tangkai padi kering yang telah diptong-potng) untuk membersihakn kuku.
  7. Kain putih untuk penutup.1
Agar benar-benar bersih tubuh jenazah boleh dimiringkan kekanan atau kekiri. Menjelang selesai siraman, jenazah didudukan untuk disiram tiga kali dari arah kepala.
  1. Upacara membungkus jenazah
            Download saja lansgsung file lebih lengkapnyaDisini

0 komentar: