Jalannya Upacara Kematian Raja-Raja Kraton Yogyakarta
Jalannya Upacara Kematian Raja-Raja Kraton Yogyakarta
Untuk kraton
Yogyakarta menutut tradisi mataram : kematian tidak dtangisi, dan imogiri
Bukan merupakan makam namun dinamakan atau
suwargi orang jawa menyebutya penghuni surga. Upacara pelepasan jenazah
maksudnya memperingati kepergian yang akbar seperti dalam upacara pengatin.
Dalam masayrakat jawa yang namanya lahir, pegat dan mati merupakan sesuatu yang
sacral, maka selalu diperingati dengan seindah-indahnya. Khusus acara kematian
di dalam kraton berlaku 5 jenis gatra ritual yaitu :
- Tata cara majapahit atau pra-islam
- Tata cara demak pajang
- Tata cara perwalian atau wali Allah di jawa
- Tata cara kalang sepuh
- Tata cara mataram selingkar keturunannya.
Tata cara majapahit
menyangkut sesaji yang ditujukan pada orang yang sakit sampai merawat jenazah
sebelum dikubur. Hanya pada tata cara perawatan jenazah diberi balsem dan
ditunggu samapi 100 atau 1000 hari. Jiak utuh dan awet, mayat itu dibusanani
dengan busana kerajaan. Namun jika rusak, maka jenazah itu dikafani. Uborampe
atau sesaji orang yang sakit sampai perawatan jenazah manganut upacara kuno
dengan memanggil dukun , pini sepuh dan ulam untuk tahlilan sebelum dibacakan
matra-mantra.
Tata cara demak atau
pajang menurut tata cara dipini dalam melakukan perwatan jenazah dengan tata
cara keislaman mulai dari mensholatkan samapi penguburan jenazah di lingkungan
kerajaan islam di jawa.
Tata cara perwalian
atau wali allah berbeda dengan tata cara di saat sunan giri, sunan, bonang,
sunan kudus, dan sunan kalijaga. Di masa ini mengguanakan tata cara rakit dalam
model tarekat syah abdul kadir, jailani, Nasabariyah, Nasabandiyah dan
Safi’iyah.Sunan kalijaga tidak mengenal tahlilan akan tetapi disebut ageman
yaitu dikuburan jenazah atau pesan-pesan almarhum digubah.
Tata cara mataram
adalah membentuk peubahan baru dan tradisi kuno Pra-Islam dalam aroma kultur
jawa. pembusanaan jenazah raja dan putra dengan busana kebesaran.
Dalam tata cara mataram upacara perawatan
jenazah dipimpin oleh raja atau pangeran tertua atas nama raja. Juga
uborampenya menyesuaikan bentuk yang ada. Di dalam pranata jiwa kalau si sakit
cukup lama atau tidak ada harapan untuk sembuh si sakit dibawa ke imogiri
diruang pajimatan yang kemungkinan akan meninggal. Orang yang merawat adalah
ulama atas nama raja. Selama raja berkuasa tidak boleh mengunjungi ke imogiri.
Pelaksanaan upacara
kematian ini terdapat berbagai perlengkapan kegiatan yang dalam garis besarnya
:
- Perawatan jenazah (uborampe panguptining layon)
- Pemakaman jenazah (uborampe panguburing layon)
Perawatan jenazah
dimulai semenjak seseorang benar-benar meninggal dunia. Kerabat dan orang lain
yang kebetulan menyaksikan saat meninggalnya segera mengatur posisi tubuh
mayat, (menyilangkan tangan jenazah ke dadah, tangan kanan diletakkan diatas
tangan kiri, kelopak mata dirapatkan, dagu ditekan agar mulut terkatup, kedua
kaki diluruskan sejajar serta dihadapkan ke arah kiblat. Dibujurkan ke utara
(mujur ngalor) menyerong ke barat sedikit (ngulon sithik) ditutup rapat (diluruskan
dengan kaki (jarik), serta dipasang sebuah pelita dan tempat pembakaran
kemenyan dekat pembaringan hal ini dilakukan agar tidak terlanjur kaku. Saatnya
untuk dimandikan , anak saudara menunggu agar tidak ada ganguan sementara itu
kegiatan lainnya mulai dilaksanakan, misalnya menyebar berita duka, penggalian
kubur, perlengkapan memandikan jenazah dan lain-lainnya. Mengenai lokasi
penggalian tergantung pada saat meninggalnya sedang mengenai lokasi penggalian
liang lahat biasanya tidak disebelah atas (utara/ makam yang lebih tua atau
leluhur. Bila pantangan in dilanggar akan menimbulkan hal-hal yang kurang baik
terutama si roh mati.
Uborampe yang
berhubungan dengan upacara misalnya bangsal sri manganti digunakan untuk
membaringkan jenazah dan didekatnya dihidupkan alatar, blencong, air kembang
seramah, hiding-hidangan yang merupakan kombinasi dari sumber-sumber khasanah
flora dan fauna jawa yang berbentuk bahan pajangan dan bahan pangan.
Selama disemayamkan
dibunyikan gending mutur yaitu gending-gending yang mengambarakan tangisan hati
dan menggunakan gamelan menggang.
- Upacara memadikan jenazah
Bagi golongan
bangsawan , tradisi mengenai perawatan jenazah mulai dari meninggal,
memandikan, membungkus, menyembahyangkan hingga pemakamannya mempunyai kekhususan
tersendiri. Antara jenazah seoarang raja dalam menyemanyakan dengan jenazah
putra mahkota, permaisuri, permasuri putera raja, selir-selir dan
pelara-pelara. Untuk raja disemanyamkan di bangsal prabasuyata sebelum
dimandikan. Perbedaan perawatan dengan selain raja adalah :
Apabila yang meninggal
seseoarang permaisuri atau putra mahkota, maka upacara memandikan dari menghias
jenazah dilakukan di tratan (serambi) prabasuyata, sesudah selesai jenazah
disemayamkan di bangsal seperti halnya seorang raja. Sedangkan untuk para selir
( pelara-pelara) dan putera yang belum kawin, upacara siraman dan mbu sanani
dilakukan di bangsal pengapit, lanjutnya jenazah disemayamkan dibangsal manis
hingga pada saat pemberakatan pemakamannya. Bagi seseorang yang meninggal sebelum
kawin ada syarat tamabahan yang harus dilengkapi yaitu batang pohon pisang dan
gagar mayang yang dibuang di peremapatan jalan.
Bila seseorang raja
mangkat (surut dalem) karena usia lanjut bukan karena penyakit, jenazah
dipangku oleh anak dan cucu laki-laki, bila yang mangkat permaisuri, maka anak
dan cucu puterilah yang memangku.
Tempat untuk menyirami
bisanya ditutupi dengan kain putih sekelilingnya atau kain biasa yang baik,
sedang penutup bagian atas digunakan kampuh atau kain panjang. Bila yang meninggal
seorang raja maka upacara nitaman dipimpin putera tertua yang hendak
menggantiakan kedudukannya. Perlengkapan sirangan ini meliputi :
- Air tawar (air sumur bersih) ditempatkan dalam tempayan
- Air landha merang untuk keramas (cuci rambut)
- Air asam (air tawar dicampur asam lumat) juga untuk keramas.
- Air asin (air tawar campur garam)
- Air wangi (air tawar dicampur wewangian atau minyak cendana)
- Merang (tangkai padi kering yang telah diptong-potng) untuk membersihakn kuku.
- Kain putih untuk penutup.1
Agar benar-benar
bersih tubuh jenazah boleh dimiringkan kekanan atau kekiri. Menjelang selesai
siraman, jenazah didudukan untuk disiram tiga kali dari arah kepala.
- Upacara membungkus jenazah
0 komentar: